Dampak Oversharing Kehidupan Anak di Media Sosial
Dampak Oversharing Kehidupan Anak di Media Sosial - 4 Dampak jangka panjang oversharing kehidupan anak di media sosial.
Terutama pada perilaku yang berpotensi membahayakan anak, seperti memberi asupan sembarangan atau berbagi identitas pribadi.
Kita sepakati dulu bahwa anak yang dimaksud di sini adalah mereka yang berusia di bawah 18 tahun dan masih memiliki hak atas perlindungan menurut undang-undang.
Di utas ini mungkin akan lebih sering merujuk pada anak usia bayi, balita, dan pra-remaja (usia SD).
Oversharing di sini juga merujuk pada perilaku orang tua yang mengunggah kehidupan, identitas, kondisi kesehatan, dan kegiatan yang dilakukan anak secara berlebihan di media sosial sehingga memunculkan potensi bahaya bagi anak dan keluarga.
Dampak Oversharing Kehidupan Anak di Media Sosial
Dampak #1: Perihal keamanan (privasi)
Upload identitas anak, termasuk sekolah di mana, waktu antar-jemput, kegiatan sehari2, atau bahkan makanan favorit dpt berpotensi bahaya.
Bisa aja anak akan mendapatkan perhatian yg gak diinginkan/dijadikan informasi utk perbuatan kriminal.
Meski saat ini ortu merasa selalu bisa melindungi anak karena masih serumah tapi identitas anak dapat tersebar sejagad maya, yg mana lebih sulit dikontrol.
Contoh kasus: pelecehan seksual oleh pelaku yg juga dikenal ortu karena udah bisa 'baca' dari postingan di medsos.
Dampak #2: Masalah kesehatan mental
Sebagian anak merasa tertekan saat harus difoto atau direkam, terutama ketika harus tampil sempurna dan lucu setiap saat.
Anak juga mungkin akan mudah terdistraksi dan merasa gak nyaman ketika ingin bicara tapi malah direkam.
Bayangkan ketika anak ingin bicara tapi mereka menatap lensa kamera bukan kontak mata dgn ortunya π₯²
Anak mungkin merasa sulit jadi dirinya sendiri & seiring waktu mudah khawatir akan komentar orang lain.
Selain itu ortu pun akan lebih sulit mengajarkan ttg batasan & privasi.
Dampak #3: Reputasi
Jangan dikira anak gak perlu membangun reputasi sejak dini.
Mungkin anak gak ngerti maksudnya direkam dan diunggah itu apa tapi ketika yg diunggah adalah konten yg memalukan atau kontroversial, dampak jangka panjangnya gak main-main.
Bisa aja beberapa tahun kemudian temannya menemukan foto/video yg anak gak inginkan.
Bisa aja konten ortunya viral dgn sentimen negatif yg membuat anak ikut menanggung malu di kemudian hari.
Ini bisa jadi meruntuhkan kepercayaan dirinya dan kemampuannya dalam bersosialisasi π₯Ί
Dampak #4: Hubungan anak-ortu
Ini menurutku paling sulit sih kalau udah kejadian, yaitu anak jadi gak mudah percaya sama ortu dan anak mungkin akan memiliki batasan interpersonal yg gak tegas dgn orang lain.
Nilai ujian jelek dikabarin ke tetangga aja rasanya kecewa bgt kan π£
Ketika anak sulit percaya dgn ortu, anak mungkin akan lebih tertutup. Justru ini yg sering jadi kekhawatiran.
Ketika anak gak paham batasan, mungkin akan tumbuh seperti orang yg semena2 atau bahkan sangat sulit 'diraih.' Membuatnya rentan merasa insecure & kesepian π
Jadi, apa dong yg boleh dilakukan kalau mau sharing ttg anak.
Sebetulnya ini masalah value ortu. Bisa aja kita punya prinsip yg beda2 ya.
Aku akan berikan beberapa rambu yg mungkin bisa para ortu pertimbangkan berikut ini...
Kalau menurutku, beberapa rambunya:
1. Minta izin ke anak (terutama kalau anak udah mulai ngerti direkam/foto)
2. Foto/rekam anak dgn pakaian lengkap
3. Hindari share dgn hal2 yg sangat personal
4. Pilih momen yg menyenangkan utk di-share
5. Selalu perhatikan mood & situasi
Jadi ortu perlu bijak bermedia sosial. Pahami ilmu dan etikanya.
Seringkali posting ttg anak tapi yg 'kena mental' ya ortunya, seperti baca komentar negatif ttg anak kita atau pola asuh yg kita terapkan
Ini pun perlu kesiapan karena ortu yg stres bisa berdampak ke anak juga.
Oh iya, satu lagi!
Perlu kerja sama juga dgn anggota keluarga lain ya biar kompak hehe
Jadi rambu2 tadi bisa disepakati dan ditaati bersama demi keselamatan buah hati tercinta yaaah, Bapak Ibu ✨
Sekian Dampak Oversharing Kehidupan Anak di Media Sosial
Posting Komentar