Psikologi Pengguna Twitter, Alasan Mengapa Orang Main Twitter?
Psikologi Pengguna Twitter, Alasan Mengapa Orang Main Twitter? - Kalo main twitter, enaknya bahas twitter. iya gak?
Aku mau bahas sedikit (atau banyak) tentang fenomena-fenomena psikologi yang terjadi di twitter ini.
Yuk, kita bahas fenomenanya satu per satu!
1. Apakah benar twitter lebih baik daripada instagram?
Ini adalah beberapa pernyataan yang sering aku dengar dari beberapa mutualku atau tweet selewat yang aku baca.
Beberapa alasannya, karena di twitter orang bisa lebih apa adanya, dan tidak se-stress instagram. Benarkah begitu?
Sebetulnya salah satu penyebabnya adalah perbedaan tampilan dan bentuk konten dari kedua platform ini.
Instagram adalah platform yang mengharuskan posting gambar di feedsnya, dan tulisan hanya sebagai pelengkap di caption.
Ini menyebabkan efeknya orang cenderung menampilkan visual yang cantik. Atau istilahnya instagram-able. Ini juga yang menyebabkan terkesannya instagram menonjolkan kesempurnaan, daripada caption yang dinomor-duakan sebagai perhatian.
Sementara twitter adalah platform dengan bentuk tekstual, karena tulisan adalah bentuk konten yang paling umum untuk dibuat di twitter.
Maka disini yang menjadi pusat perhatian adalah tulisan. orang lebih mengedepankan tulisannya.
Selain itu, alih-alih menunjukan "kesempurnaan pribadi" justru di twitter, konteks yang lebih disukai adalah tulisan yang mewakili banyak pihak. Dirasa relate.
Maka justru, bukan kesempurnaan yang menjadi favorit di twitter, melainkan tulisan yang apa adanya.
Tulisan apa adanya juga menjadi sarana yang paling nyaman untuk seseorang mengeluhkan apa yang ia rasakan.
Apalagi jika menemukan tulisan yang dirasa relate, membuat netizennya merasa tidak sendirian dan semakin nyaman.
Apa lagi?
Kembali lagi, tampilan. Disadari atau tidak, twitter yang mengedepankan tulisan membuat dalam satu layar sekali lihat, ada banyak postingan yang bisa dilihat. Berbeda dengan instagram yang dengan visualnya, satu postingan saja memenuhi hampir satu layar.
Namun tentunya, kembali lagi terhadap kebutuhan.
Untuk orang yang senang memajang karyanya, instagram desainnya tentu sudah dirancang untuk mendukung hal tersebut.
Jadi mana yang lebih baik?
Disesuaikan dengan kebutuhan
2. Twitter mendukung aktualisasi diri.
Aktualisasi diri adalah salah satu kebutuhan dasar manusia, yang tentunya butuh untuk dipenuhi agar bisa mencapai kesejahteraan.
Di era media sosial ini, twitter yang menjadi lahan untuk seseorang meluapkan "unek-unek"nya,
Bahkan dengan salah satu keunikannya yaitu sudah dirancang untuk mengetik hal-hal yang simpel, mengingat karakter tulisan yang terbatas, akhirnya menjadikan rasa aktualisasi diri itu terpenuhi.
Apalagi, jika ada komentar mendukung. Like, dan juga Retweet
3. Konten berbentuk tulisan, membuat seseorang bisa lebih mengenal atau memahami apa yang dirasakan orang lain dengan lebih spesifik.
Walau, tentu saja ambiguitas masih ada. Walau memang ada juga yang menutupi privasinya.
Namun, dengan bentuk tulisan ini (apalagi kalau sampai memanjang) orang mudah mengetahui apa yang sedang dikeluhkan oleh orang lain. Tidak se-ambigu media sosial yang hanya berisi foto besar. Ini juga dibuktikan dengan penelitian yang mengatakan netizen twitter rendah stigma
Apalagi dengan didukung banyaknya kampanye-kampanye atau dukungan yang diberikan pada cerita nyata korban-korban suatu kejahatan tertentu.
4. Tampilan tweet dan reply cenderung sama. Tidak terlihat lebih besar atau terlalu timpang.
Disini memungkinkan kesan setara antara postingan dengan komen yang orang lain berikan.
5. Twitter membuat ketagihan.
Apa alasannya?
Karena dinamika twitter, seperti yang dijelaskan di poin-poin sebelumnya. Semudah saat terpikirkan ide tertentu (dan tak harus sesuatu yang bagus / dibuat perfect) lalu mudah mempostingnya, dan mendapat like dan retweet.
Disadari atau tidak, like, retweet dan komentar itu membuat seseorang merasa divalidasi dan akhirnya merasa lebih diterima daripada di dunia nyata. apalagi jika memang ada masalah tertentu, merasa ditolak atau tidak direspon baik di dunia nyata. akhirnya ketagihan di twitter.
6. Adanya base memudahkan seseorang dengan kesamaan interest atau kesamaan identitas untuk bergabung.
Setuju dong?
Base kedaerahan, base sesuai hobi entah tentang film, masakan, k-pop, sekolahan, kampus, memudahkan seseorang berkumpul dengan kelompok sosialnya.
Kendati begitu, ada juga lho sisi "gelap" dari twitter. Apa aja tuh?
Sisi Gelap Twitter
1. Mudahnya konten berseliweran agak menyulitkan seseorang untuk memfilter. Ini kadang membutuhkan bantuan fitur filter kata, block, atau mute.
2. Karena konten twitter didominasi tulisan, maka salah satu permasalahannya diakibatkan tulisan.
Contohnya gimana nih?
Twitter berisi opini, peluapan isi pikiran, dan gagasan. Nah kadang ketika membahas topik tertentu (apalagi yang sensitif) mudah sekali menyulut kontra.
Hal ini diperparah dengan ketidakpahaman seseorang tentang sebuah kebenaran. Mana kebenaran yang bersifat pribadi (misal dari keyakinan tertentu) dan keyakinan universal atau sebuah fakta.
Dan juga perbedaan latar pendidikan, karakter, serta usia.
3. Jika kita tidak menyukai seseorang, twitter adalah ranah yang mudah untuk menyerang. Karena dengan mudahnya tag di tweet dan tinggal memberi hate speech.
4. Mudahnya netizen berempati di twitter kadang tidak disertai pengecekan yang valid. Disadari atau tidak ini juga jadi masalah.
Contohnya adalah dengan trend "spill" yang sekarang meroket di twitter. Spill adalah membuka rahasia atau informasi tertentu.
Misal contoh kasusnya adalah seorang perempuan melakukan spill bahwa ia dilecehkan oleh pacarnya.
Kemudian dia memberi screenshot bukti chat yang hanya sebagian percakapan, mengarah pada memberatkan pacarnya sebagai tertuduh.
Padahal itu bisa saja manipulasi. Itu hanya opini pribadi dan kenyataannya tidak ada pelecehan.
Memang, banyak juga tindakan "spill" yang memang valid dan membantu pihak yang dirugikan.
Namun kadang ada juga penyalahgunaan oleh oknum tertentu yang bersifat fitnah.
Solusi bijaknya tentu adalah memvalidasi banyak bukti sebelum langsung menghakimi dari keterangan satu pihak saja.
Ingat kan kasus mang yana?
Banyak yang suudzon sama siluman ular kuning, padahal faktanya gak gitu.
Semoga artikel ini bermanfaat untuk kalian!
Tentunya semoga ini juga menjadi perhatian untuk @TwitterID untuk tetap melakukan inovasi dan mempertimbangkan plus minus dari semua fiturnya ya.
comment:
setiap point yg dibahas bener² relate dan itu emnag bener adanya begitu, sehat selalu dan lancar karirnya ke depan. Aamiin:)) Di tunggu next a artikel:)
Posting Komentar