Tentara dan Rezim Mesir Fatimiyah 358-487 H / 968-1094 M. - Revesery -->

Tentara dan Rezim Mesir Fatimiyah 358-487 H / 968-1094 M.

Tentara dan Rezim Mesir Fatimiyah 358-487 H / 968-1094 M. - Dinasti Fatimiyah merupakan salah satu dinasti Islam yang berkuasa di Afrika Utara hingga ke Suriah. Dinasti Fatimiyah disebut-sebut sebagai puncak kekuasaan kaum Islam mazhab Syiah Ismailiyah pada masa keemasan Islam.

Salah satu yang menarik dari dinasti ini adalah militernya, yang banyak mengambil budak untuk dijadikan tentara.

Militer Fatimiyah juga terkenal karena keberagaman etnis yang ada di kemiliterannya, sehingga banyak menimbulkan tabrakan kepentingan di antara etnis-etnis tersebut bahkan tercatat pernah pecah pertempuran-pertempuran yang menempatkan mereka pada kubu yang berlawanan.
 Mereka juga kerap dijadikan alat politik bagi anggota dinasti yang berusaha menancapkan otoritas mereka dengan memanfaatkan tabrakan kepentingan tersebut (misal Khalifah Al-Hakim yang menggunakan tentara Afrika kulit hitam). Berikut adalah beberapa satuan militer Dinasti Fatimiyah:

- Rum
Kaum Rum dalam militer Fatimiyah merujuk pada orang-orang Eropa yang termasuk ke dalam kelompok Greek Anatolian atau orang-orang Yunani yang tinggal atau berasal dari Turki.

- Saqaliba atau Sakalaba
Asal kelompok militer Saqaliba masih membingungkan dan kampung halaman mereka masih tidak diketahui, namun dugaan kuat bahwa mereka adalah budak berbangsa Slav yang biasa dijual oleh pedagang-pedagang budak Italia.

Spanyol merupakan sumber utama suplai kasim Saqaliba. Saqaliba sudah digunakan oleh Fatimiyah semenjak mereka masih berkuasa di Ifqriya (daerah Tunisia dan Libya). Banyak dari mereka yang menduduki posisi militer baik tentara darat maupun angkatan laut Fatimiyah.

Salah satu tokoh Saqaliba yang terkenal adalah Jawhar as-Siqili atau Jawhar si Romawi, karena dia berasal dari Sisilia yang merupakan daerah taklukan Fatimiyah. Dia terkenal karena perannya dalam membangun Kairo dan Universitas Al-Azhar.

- Zuwayla atau Zawila
Asal kelompok Zuwayla juga masih dipermasalahkan, namun diketahui ada sebuah kota bernama Zuwayla di selatan kota Tripoli menuju danau Chad yang sudah dikenal oleh para ahli geografi sejak abad ke-9 masehi. Populasi di kota itu terdiri dari Bangsa Arab, suku Berber dan orang kulit hitam. Namun merujuk ke mana kelompok ini -Bangsa Arab, Berber atau orang Afrika kulit hitam- tidak begitu jelas.

- Barqiyya dan Bathiliyya
Dua kelompok ini berasal dari Afrika Utara. Mereka datang bersama-sama dengan tentaranya Jawhar dan mendirikan markas di Kairo.

- Abid
Diketahui bahwa kelompok Abid adalah unit militer yang terdiri dari orang-orang Afrika berkulit hitam. Khalifah Al-Hakim membawa kelompok orang kulit hitam dalam jumlah besar ke kerajaannya untuk dijadikan unit militer Fatimiyah.

- Turk
Orang-orang Turk dibawa ke Kairo pasca kemenangan Al-Aziz melawan Alptakin di Palestina pada 978. Alptakin yang merupakan orang Turk, kabur dari Baghdad akibat perselisihan internal Dinasti Buyid. Dia diundang oleh pemimpin lokal di Damaskus yang berusaha memerdekakan diri dari kekuasaan Fatimiyah dengan membawa 400 prajurit Ghilman bersamanya.

- Daylami
Orang Daylami dalam kemiliteran Fatimiyah merujuk pada serdadu militer yang berasal dari Persia, Iran Utara tepatnya. Unit militer Daylami juga berdiri seiring dengan kemenangan Al-Aziz atas Apltakin. Unit militer Daylami sering disebut-sebut bertempur di pihak Fatimiyah.

- Hamdaniyah dan Bakjuriyah
Kelompok Hamdaniyah merupakan kelompok orang yang melakukan desersi dari dinasti Hamdaniyah yang berkuasa di Irak Utara dan Suriah. Bakjuriyah kurang lebih sama asalnya dengan kelompok Hamdaniyah. Nama Bakjuriyah diambil dari seorang pembelot dari dinasti Hamdaniyah bernama Bakjur, dan nama Bakjuriyah merujuk pada orang-orang atau para pengikut Bakjur.

- Ghilman
Ghilman adalah kelompok budak militer Turki yang sejarahnya sudah dijelaskan pada bagian 'Turk' sebelumnya. Khalifah Al-Aziz dan wazirnya, Yaqub bin Qillis mengembangkan keorganisasian mereka.

- Qaysariyyah
Qaysariyyah atau prajurit penjaga istana, adalah kesatuan militer Fatimiyah yang dibentuk saat Al-Aziz membangun istana untuk putrinya, Sitt al-Mulk, dan menjadikan prajurit Qaysariyyah sebagai pengawalnya. Komposisi etnis prajurit ini tidak diketahui dengan jelas.

- Kutama
Kutama adalah salah satu suku Berber di Afrika Utara. Berber Kutama memegang peran sebagai elit Kekahlifahan Fatimiyah karena berkat mereka Fatimiyah bisa berkuasa di Afrika Utara.

Di antara unit-unit militer tersebut, kelompok militer Abid adalah yang paling buruk karena seringnya mereka melakukan kekacauan, terutama pada masa-masa krisis keuangan yang melanda Dinasti Fatimiyah pada 1024-1025.

Mereka tidak dibayar dan bahkan harus memakan daging anjing karena kelaparan. Penduduk kota Fustat selalu hidup dalam ketakutan yang terus menerus akan unit militer Abid dan mudah panik.

Salah satunya pada 25 Februari 1025, unit militer Abid ad-Jawalla dan perampok yang total berjumlah 1.000 orang bergerak menuju Fustat untuk merampok dan menjarah kota itu.

Khalifah Al-Zahir mengirimkan prajurit Ghilman dan Infantri untuk mempertahankan kota dan membolehkan penduduk untuk membunuh kelompok Abid dengan tujuan mempertahankan diri. Seorang kasim kulit hitam kemudian menemui Abid dan menjanjikan pembayaran gaji mereka.

Meski demikian, kelompok Abid terus melakukan penjarahan terhadap lumbung makanan dengan menjarah gandum, barley dan bahan makanan lainnya.

Para petinggi Fatimiyah juga beberapa kali menggunakan kelompok-kelompok militer untuk memuluskan kepentingannya. Misal Al-Hakim, yang merasa kesal karena prajurit Turki yang semakin sering berbuat onar terutama saat para Da'i dari luar Fatimiyah sering mengunjungi kota Kairo, menunjuk para perwira kulit hitam untuk menjadi komandan Prajurit Turki. Tetapi pada waktu tertentu, Al-Hakim juga mengistimewakan para prajurit Turki.

Perselisihan antar kesatuan yang terdiri dari etnis yang berbeda juga pernah terjadi. Pada masa itu, sudah menjadi pandangan yang umum dalam kemiliteran bahwa prajurit penunggang kuda akan digaji lebih tinggi dari prajurit infantri.

Dalam kemiliteran Fatimiyah, sudah jelas bahwa prajurit yang dikenal andal dalam berkuda adalah prajurit Turki, yang karenanya membuat prajurit Turki menempati posisi elit dalam kemiliteran Fatimiyah. Prajurit kavaleri berkulit hitam dipandang sebagai ancaman bagi status 'prajurit elit' yang disandang oleh prajurit Turki.

Pada 1066-1067 perang antara Prajurit Turki dengan Prajurit Abid pecah karena alasan yang kurang jelas.

Prajurit Turki meminta gaji dinaikkan di atas gaji reguler karena posisi mereka juga naik. Pada puncaknya Prajurit Turki dipimpin oleh Nasir ad-Dawla bin Hamdan memenangkan pertempuran di ibukota Fatimiyah dengan mengakibatkan kekalahan besar pada Prajurit Abid.

Tetapi masih ada satuan Prajurit Abid lainnya di Alexandria. Nasir ad-Dawla memerangi mereka hingga mereka setuju untuk mengangkat gubernur kota itu dari orang yang dipilih oleh Nasir.

Selain itu prajurit Berber Kutama juga pernah berselisih dengan prajurit Turki.

Aziz Al-Dawla Rayhan yang merupakan kasim berpengaruh setelah kemenangannya melawan suku Bedouin Bani Qura, menaikkan gaji prajurit Berber dengan mengorbankan gaji prajurit Turki.

Metode diskriminasi yang dijalankan Rayhan semakin memperuncing perselisihan sehingga memicu bentrokan antara Prajurit Berber dan Turki di Gerbang Zuwayla, Kairo. Rayhan kemudian jatuh sakit dan meninggal setelahnya. Wazir atau perdana menterinya Al-Mustansir, Yusuf al-Fallahi menjadikan si penyetor budak masa khalifah Al-Zahir, Abu Sa'd al-Tustari yang juga bekerja sama dengan Rayhan dalam kebijakannya sebagai kambing hitam.

Ada pertanyaan? Silahkan komentar

Posting Komentar

Revesery.com

Revesery.com

download file ini untuk mencoba: 

Revesery.com

Revesery.com

 Download ==>>