Gaya Pengasuhan Orang Tua Berpengaruh ke Kepribadian Anak
Gaya Pengasuhan Orang Tua Berpengaruh ke Kepribadian Anak - Haloo teman teman pada artikel kali ini aku akan embagikan sebuah informasi kepada kalian Apakah Gaya pengasuhan orang tua punya pengaruh ke kepribadian kita
emangnya ini beneran berpengaruh ya? ? Oh jelas. Jadi gini...
Banyak faktor yg memengaruhi pembentukkan kepribadian. Salah satunya adalah gaya pengasuhan orang tua atau significant person (bisa pengasuh lain).
Oleh karena itu, yg akan aku bahas bukan tipe kepribadian. Tapi respons perilaku anak sebagai sample dari kepribadian saat dewasa.
Sumbernya dari Henry Stein yg mengutip Hugh Misseldine di buku Your Inner Child of the Past berlandaskan teori Individual Psychology dari Alfred Adler.
Ada 11 parenting style Gaya Pengasuhan Orang Tua Berpengaruh ke Kepribadian Anak
1. Democratic and encouraging
Anak diberikan kesempatan utk berkembang sesuai kemampuannya, dianggap setara dan punya peran penting di keluarga, loved & accepted, didorong utk menerima tantangan tapi juga dibimbing utk mengatasinya.
The most ideal style of parenting nih!
Sikap Orangtua : menerima keunikan anak, mencintai, menghormati, dan merasa setara dgn anak (dlm artian orang tua juga mau menerima masukan dari anak).
orang tua juga mendorong anak utk memperbaiki kesalahan & mengembangkan kapasitas. Membimbing anak utk punya kontribusi.
Ini orang tuaku ❤
Respons Anak : merasa aman, nyaman, dicintai, dan diterima. Punya kekuatan yg berasal dari pengalaman mengatasi kesulitan. Punya kepuasan akan pencapaian dan kontribusi.
Gak takut nyoba dan gagal. Melihat dunia sebagai tempat yg ga mengancam karena feel secured & loved.
2. Over-indulgent
Anak hidup dgn berbagai kemudahan melalui layanan, materi, atau hal-hal yang sifatnya non-emotional.
Contoh: dibeliin barang mewah, punya banyak pelayan. Kalau kata orang sekarang tuh spoiled bgt. Tapi bikin anak bosenan, pasif, gak dekat sama orang tua
Sikap Orangtua: memberikan berbagai privilege, hadiah, layanan yg melimpah tapi gak paham sama kebutuhan anak yang sebenarnya.
Tipe orang tua yg "mama papa aja yg berusaha, kamu tau beres aja". Jadi gak membiarkan anak berupaya, terlalu memanjakan. Bisa juga karena gak percaya sama skill anak!
Respons Anak: bosenan, takut terlihat beda atau takut nyoba. Kehilangan inisiatif dan spontanitas. Berharap semua hal datang untuknya. Melihat orang lain sebagai pihak yg bisa menyediakan/memenuhi kebutuhannya mendapatkan kesenangan.
Jadi pemalas dan prefer ngandelin/ngerepotin orang
3. Over-submissive
Anak bagaikan baginda raja yang semua-muanya diiyain, dituruti, dan dipenuhi permintaannya. orang tua manut aja, jadi anaknya demanding dan impulsif
Sikap Orangtua: menuruti segala rengekan, permintaan, suruhan, paksaan, dan impusivitas anak. Anak dianggap seperti bos dan orang tua adalah pelayan.
Can't say no. Mikirnya, nurutin anak = membahagiakan anak. Padahal kan ndak gitu ya.
R. A.: melakukan apapun, termasuk hal-hal dramatis, agar keinginannya dipenuhi. Gak peduli sama kebutuhan/kondisi orang lain, jarang puas dan suka maksa.
Kalau gak diturutin, ada aja lakonnya. Ya ngambek lah, ya ngancem lah, ya murka lah... jadi harus banget keturutan :(
Bedany 2 & 3 apa?
Bedanya:
2. Anak gak minta tapi di-supply terus dan sebenarnya belum tentu butuh
3. Anak minta lalu diturutin dgn anggapan biar anak gak drama
Persamaan? Tujuannya. Maksud hati pengen nyenengin, tapi caranya gak bikin anak punya kepribadian yg tangguh
4. Over-coercive
Anak seperti halnya (maaf) hewan yg akan dilatih. Orang tua terus menerus memberikan arahan (atau bahkan perintah) yg sifatnya mutlak. Apapun yg terjadi, anak mesti nurut.
Biasanya dengan dalih:
"In1 y4n9 t3rb4ik uNtuK k4mU"
Dan biasanya juga, ada kata "HARUS"
Sikap Orangtua: supervisi dan arahan yang konstan alias kayak gak udah-udah. Instruksi seperti gak akan ada habisnya. Suka ngingetin berkali-kali. Overly strict
Contoh: "Pokoknya kamu harus nurut. Kamu harus pakai ini, kamu harus begini. Setelah itu begini. Inget ya!"
Siap, Ndan.
Respons Anak: ada 3 kemungkinan responsnya.
1. Submisif: nurut, patuh banget, penakut
2. Rebel: dari penolakan verbal, berontak secara nyata (overt defiance)
3. Passive-resistance: memendam, mengabaikan, berontak secara licik (covert defiance)
Contoh respons:
1. "Iya ma/pa" trus ya udah patuh aja
2. "Ih apaan sih ngatur-ngatur mulu!" Jadinya marah-marah dan kabur.
3. "Iya ma/pa" tapi diam-diam punya rencana jahat terhadap orang tuanya kayak di sinetron
Begitulah kira-kira
5. Perfectionistic
Anak bagaikan runner yg harus berlari dengan finish line yg ditetapkan orang tua. Tapi pas udah di finish line, orang tua gak puas dan masih minta anak utk terus naikin standar kemampuan.
YHA LELAH DONG, MAMAH. Sedi :(
Sikap Orangtua: hanya akan menerima anak KALAU anaknya berhasil atau sesuai harapan aja. Kalau anak gagal, ya senewen.
"Nah gitu dong anak papah" - saat juara 1
"Kamu kok bisa-bisanya ga juara 1?!" - saat kalah
Standar tinggi (bahkan ketinggian) dan cenderung sulit puas. HADEEEEHH!!1!!1!
Respons Anak: selain capek, anak jadi ga puas sama dirinya. Selalu berusaha tapi gak tau bahwa dirinya punya batas kemampuan. Saat gak mencapai standar orang tua, jadi merasa gak berharga (ini sedih banget sih).
Bisa burnout dan "menyerah". Atau malah jadi sakit fisik (kronis/komplikasi) :((
6. Excessively responsible
Anak dituntut untuk mengemban tanggung jawab yg cukup besar. Misalnya mesti kerja, ngurus kerjaan rumah tangga yg selayaknya dikerjakan orang dewasa, ngurus adik/nenek kakek dan tanggung jawab lainnya.
Nulisnya aja w capek apalagi dibesarkan begitu :(
Sikap Orangtua: kondisi ini mungkin terjadi karena faktor ekonomi (kemiskinan), ada anggota keluarga yg perlu perawatan intensif atau yg dibesarkan oleh single-parent; meski gak semuanya.
Jadi, anak gak keurus dan malah dibebankan hal-hal yg gak seharusnya diemban.
Respons Anak: anak jadi stres, merasa harus bisa seperti orang dewasa sebelum waktunya, kehilangan waktu bermain seperti anak seusianya, dan gak merasa diperhatikan.
Ketika dewasa bisa jadi sulit sosialisasi dgn yg seumuran dan merasa segala hal adalah tanggung jawabnya
Y gmn y.
7. Neglecting
Antara ada dan tiada. Hadir tapi kayak gak sepenuhnya hadir. Secara fisik, orang tuanya ada. Tiap hari serumah dan ketemu. But emotionally unavailable.
Jangankan memenuhi kebutuhan, didengar aja mungkin menjadi sebuah kemewahan
Sikap Orangtua: bisa jadi karena sibuk kerja, kemiskinan, perceraian, adiksi, atau sakit keras... orang tua seringkali ga hadir secara emosional.
Dan parahnya, gak menyediakan waktu untuk anak sehingga "yang penting aku masih bisa ngasih makan, tempat tinggal, biaya sekolah" jadi hal lumrah :(
Respons Anak: anak jadi kurang mampu mengembangkan relasi yg dekat & sehat dgn orang lain. Karena gak pernah merasa bahwa ada orang yg care dengannya dan ada saat dibutuhkannya selama ini *cry*
Saking jarangnya interaksi, bisa aja jadi merasa asing satu sama lain. yadoh sedih bgt
8. Rejecting
Painfully self-isolating. Gimana ya jelasinnya... segala yg ditunjukkan anak akan di-counter oleh orang tua. Entah itu kebutuhan, emosi, atau sekadar kehadirannya.
Sebagaimana penolakan, sakitnya terasa dalam dan tajam
Sikap Orangtua: biasanya terjadi karena gak siap punya anak, anak terlahir (maaf) cacat, atau riwayat orang tua yg dulunya juga pernah ditolak saat kecil.
orang tua merasa anak adalah beban sehingga gak bisa menerimanya. Penolakan bisa berbentuk isyarat implisit atau bahkan eksplisit.
Respons Anak: Mungkin menganggap dirinya terisolasi dan gak berdaya. Terasa sangat terluka. Berpotensi mengembangkan perasaan cemas, bitter, kejam, dan perasaan rendah diri yang sangat parah (self-devaluation).
Oiya, sensitif terhadap penolakan juga saat dewasa. Pedih beb
Lagian kenapa harus di-unroll ketika lau semua bisa baca dari twitnya langsung sih? Herman saya
9. Punitive
Identik dengan penghukuman, kekerasan, dan hal-hal yang sifatnya akan membuat anak merasa gak berdaya. Dikit-dikit dihukum, diberikan kekerasan fisik atau verbal... sudah tentu pasti ini parenting style yg gak sehat sama sekali
Sikap Orangtua: biasanya dikombinasikan dgn coercive & perfectionistic. orang tua menerapkan disiplin yg ketat dan memberikan perintah yg keras. orang tua agresif dan hostile. Padahal pendisiplinan kan gak mesti begitu ya Ngeri lah pokoknya.
Respons Anak: punya keinginan kuat utk balas dendam. Mungkin merasa bersalah dan menganggap dirinya buruk. Benci akan hukuman orang tua. Mungkin berbohong utk menghindari hukuman. Bahkan ada yg khawatir juga kalau-kalau dirinya secara gak sadar suatu hari akan mencelakai orang tuanya
10. Hypochondriacal
Konsepnya si anak udah kayak pasien abadi. orang tua khawatir melulu sama kesehatan anak. Perhatiannya fokus pada kondisi tubuh dan organ tubuh anak.
Mirip dengan Munchausen Syndrome by Proxy tapi ini versi parenting style alias lebih mungkin bertahan lebih lama.
3h
Sikap Orangtua: khawatiran, takut bgt anaknya bakal sakit. Bisa karena emang anaknya punya kerentanan, tapi bisa juga karena orang tua cemas.
Jadinya sering dilarang utk main di luar, gak dibolehin ikut kegiatan, dipingit di rumah agar anaknya gak kecapean, gak kenapa-napa π€·π»♀️
3h
Respons Anak: dapat simpati (bukan empati) dan pemanjaan dari orang tua. Mungkin melebih-lebihkan gejala utk tujuan tertentu. Dan sangat berpotensi utk minta izin agar ga ikut suatu kegiatan tertentu.
Agak malesin memang ya kalau temen diajak nongkrong, alasannya "ga dibolehin sama orang tua"
11. Sexually stimulating
Anak diperlakukan sebagai objek seksual. Anak didorong utk memiliki perilaku seksual seperti orang dewasa, seperti menjadi pekerja seks, pernikahan di bawah umur, dan sebagainya.
Kan kasihan ya beb sejak kecil udah begini π
Sikap Orangtua: orang tua melakukan pelecehan seksual secara implisit seperti saat mandi, tidur bareng, bermain. orang tua melampiaskan hasrat seksual ke anak ketika pasangannya gak bisa/gak mau.
Perkosaan, pencabulan, pemaksaan perkawinan... mungkin banget terjadi karena parenting style begini π₯
Respons Anak: Anak dipaksa merahasiakan dan dibuat merasa bersalah. Anak bingung tetapi sering patuh, dan mungkin jadi dependen. Seringkali menghasilkan kebingungan dan rasa permusuhan terhadap orang tua.
Intinya, ini merusak self-concept anak terkait seksualitasnya bahkan hingga dewasa
emangnya ini beneran berpengaruh ya? ? Oh jelas. Jadi gini...
Banyak faktor yg memengaruhi pembentukkan kepribadian. Salah satunya adalah gaya pengasuhan orang tua atau significant person (bisa pengasuh lain).
Oleh karena itu, yg akan aku bahas bukan tipe kepribadian. Tapi respons perilaku anak sebagai sample dari kepribadian saat dewasa.
Sumbernya dari Henry Stein yg mengutip Hugh Misseldine di buku Your Inner Child of the Past berlandaskan teori Individual Psychology dari Alfred Adler.
Ada 11 parenting style Gaya Pengasuhan Orang Tua Berpengaruh ke Kepribadian Anak
1. Democratic and encouraging
Anak diberikan kesempatan utk berkembang sesuai kemampuannya, dianggap setara dan punya peran penting di keluarga, loved & accepted, didorong utk menerima tantangan tapi juga dibimbing utk mengatasinya.
The most ideal style of parenting nih!
Sikap Orangtua : menerima keunikan anak, mencintai, menghormati, dan merasa setara dgn anak (dlm artian orang tua juga mau menerima masukan dari anak).
orang tua juga mendorong anak utk memperbaiki kesalahan & mengembangkan kapasitas. Membimbing anak utk punya kontribusi.
Ini orang tuaku ❤
Respons Anak : merasa aman, nyaman, dicintai, dan diterima. Punya kekuatan yg berasal dari pengalaman mengatasi kesulitan. Punya kepuasan akan pencapaian dan kontribusi.
Gak takut nyoba dan gagal. Melihat dunia sebagai tempat yg ga mengancam karena feel secured & loved.
2. Over-indulgent
Anak hidup dgn berbagai kemudahan melalui layanan, materi, atau hal-hal yang sifatnya non-emotional.
Contoh: dibeliin barang mewah, punya banyak pelayan. Kalau kata orang sekarang tuh spoiled bgt. Tapi bikin anak bosenan, pasif, gak dekat sama orang tua
Sikap Orangtua: memberikan berbagai privilege, hadiah, layanan yg melimpah tapi gak paham sama kebutuhan anak yang sebenarnya.
Tipe orang tua yg "mama papa aja yg berusaha, kamu tau beres aja". Jadi gak membiarkan anak berupaya, terlalu memanjakan. Bisa juga karena gak percaya sama skill anak!
Respons Anak: bosenan, takut terlihat beda atau takut nyoba. Kehilangan inisiatif dan spontanitas. Berharap semua hal datang untuknya. Melihat orang lain sebagai pihak yg bisa menyediakan/memenuhi kebutuhannya mendapatkan kesenangan.
Jadi pemalas dan prefer ngandelin/ngerepotin orang
3. Over-submissive
Anak bagaikan baginda raja yang semua-muanya diiyain, dituruti, dan dipenuhi permintaannya. orang tua manut aja, jadi anaknya demanding dan impulsif
Sikap Orangtua: menuruti segala rengekan, permintaan, suruhan, paksaan, dan impusivitas anak. Anak dianggap seperti bos dan orang tua adalah pelayan.
Can't say no. Mikirnya, nurutin anak = membahagiakan anak. Padahal kan ndak gitu ya.
R. A.: melakukan apapun, termasuk hal-hal dramatis, agar keinginannya dipenuhi. Gak peduli sama kebutuhan/kondisi orang lain, jarang puas dan suka maksa.
Kalau gak diturutin, ada aja lakonnya. Ya ngambek lah, ya ngancem lah, ya murka lah... jadi harus banget keturutan :(
Bedany 2 & 3 apa?
Bedanya:
2. Anak gak minta tapi di-supply terus dan sebenarnya belum tentu butuh
3. Anak minta lalu diturutin dgn anggapan biar anak gak drama
Persamaan? Tujuannya. Maksud hati pengen nyenengin, tapi caranya gak bikin anak punya kepribadian yg tangguh
4. Over-coercive
Anak seperti halnya (maaf) hewan yg akan dilatih. Orang tua terus menerus memberikan arahan (atau bahkan perintah) yg sifatnya mutlak. Apapun yg terjadi, anak mesti nurut.
Biasanya dengan dalih:
"In1 y4n9 t3rb4ik uNtuK k4mU"
Dan biasanya juga, ada kata "HARUS"
Sikap Orangtua: supervisi dan arahan yang konstan alias kayak gak udah-udah. Instruksi seperti gak akan ada habisnya. Suka ngingetin berkali-kali. Overly strict
Contoh: "Pokoknya kamu harus nurut. Kamu harus pakai ini, kamu harus begini. Setelah itu begini. Inget ya!"
Siap, Ndan.
Respons Anak: ada 3 kemungkinan responsnya.
1. Submisif: nurut, patuh banget, penakut
2. Rebel: dari penolakan verbal, berontak secara nyata (overt defiance)
3. Passive-resistance: memendam, mengabaikan, berontak secara licik (covert defiance)
Contoh respons:
1. "Iya ma/pa" trus ya udah patuh aja
2. "Ih apaan sih ngatur-ngatur mulu!" Jadinya marah-marah dan kabur.
3. "Iya ma/pa" tapi diam-diam punya rencana jahat terhadap orang tuanya kayak di sinetron
Begitulah kira-kira
5. Perfectionistic
Anak bagaikan runner yg harus berlari dengan finish line yg ditetapkan orang tua. Tapi pas udah di finish line, orang tua gak puas dan masih minta anak utk terus naikin standar kemampuan.
YHA LELAH DONG, MAMAH. Sedi :(
Sikap Orangtua: hanya akan menerima anak KALAU anaknya berhasil atau sesuai harapan aja. Kalau anak gagal, ya senewen.
"Nah gitu dong anak papah" - saat juara 1
"Kamu kok bisa-bisanya ga juara 1?!" - saat kalah
Standar tinggi (bahkan ketinggian) dan cenderung sulit puas. HADEEEEHH!!1!!1!
Respons Anak: selain capek, anak jadi ga puas sama dirinya. Selalu berusaha tapi gak tau bahwa dirinya punya batas kemampuan. Saat gak mencapai standar orang tua, jadi merasa gak berharga (ini sedih banget sih).
Bisa burnout dan "menyerah". Atau malah jadi sakit fisik (kronis/komplikasi) :((
6. Excessively responsible
Anak dituntut untuk mengemban tanggung jawab yg cukup besar. Misalnya mesti kerja, ngurus kerjaan rumah tangga yg selayaknya dikerjakan orang dewasa, ngurus adik/nenek kakek dan tanggung jawab lainnya.
Nulisnya aja w capek apalagi dibesarkan begitu :(
Sikap Orangtua: kondisi ini mungkin terjadi karena faktor ekonomi (kemiskinan), ada anggota keluarga yg perlu perawatan intensif atau yg dibesarkan oleh single-parent; meski gak semuanya.
Jadi, anak gak keurus dan malah dibebankan hal-hal yg gak seharusnya diemban.
Respons Anak: anak jadi stres, merasa harus bisa seperti orang dewasa sebelum waktunya, kehilangan waktu bermain seperti anak seusianya, dan gak merasa diperhatikan.
Ketika dewasa bisa jadi sulit sosialisasi dgn yg seumuran dan merasa segala hal adalah tanggung jawabnya
Y gmn y.
7. Neglecting
Antara ada dan tiada. Hadir tapi kayak gak sepenuhnya hadir. Secara fisik, orang tuanya ada. Tiap hari serumah dan ketemu. But emotionally unavailable.
Jangankan memenuhi kebutuhan, didengar aja mungkin menjadi sebuah kemewahan
Sikap Orangtua: bisa jadi karena sibuk kerja, kemiskinan, perceraian, adiksi, atau sakit keras... orang tua seringkali ga hadir secara emosional.
Dan parahnya, gak menyediakan waktu untuk anak sehingga "yang penting aku masih bisa ngasih makan, tempat tinggal, biaya sekolah" jadi hal lumrah :(
Respons Anak: anak jadi kurang mampu mengembangkan relasi yg dekat & sehat dgn orang lain. Karena gak pernah merasa bahwa ada orang yg care dengannya dan ada saat dibutuhkannya selama ini *cry*
Saking jarangnya interaksi, bisa aja jadi merasa asing satu sama lain. yadoh sedih bgt
8. Rejecting
Painfully self-isolating. Gimana ya jelasinnya... segala yg ditunjukkan anak akan di-counter oleh orang tua. Entah itu kebutuhan, emosi, atau sekadar kehadirannya.
Sebagaimana penolakan, sakitnya terasa dalam dan tajam
Sikap Orangtua: biasanya terjadi karena gak siap punya anak, anak terlahir (maaf) cacat, atau riwayat orang tua yg dulunya juga pernah ditolak saat kecil.
orang tua merasa anak adalah beban sehingga gak bisa menerimanya. Penolakan bisa berbentuk isyarat implisit atau bahkan eksplisit.
Respons Anak: Mungkin menganggap dirinya terisolasi dan gak berdaya. Terasa sangat terluka. Berpotensi mengembangkan perasaan cemas, bitter, kejam, dan perasaan rendah diri yang sangat parah (self-devaluation).
Oiya, sensitif terhadap penolakan juga saat dewasa. Pedih beb
Lagian kenapa harus di-unroll ketika lau semua bisa baca dari twitnya langsung sih? Herman saya
9. Punitive
Identik dengan penghukuman, kekerasan, dan hal-hal yang sifatnya akan membuat anak merasa gak berdaya. Dikit-dikit dihukum, diberikan kekerasan fisik atau verbal... sudah tentu pasti ini parenting style yg gak sehat sama sekali
Sikap Orangtua: biasanya dikombinasikan dgn coercive & perfectionistic. orang tua menerapkan disiplin yg ketat dan memberikan perintah yg keras. orang tua agresif dan hostile. Padahal pendisiplinan kan gak mesti begitu ya Ngeri lah pokoknya.
Respons Anak: punya keinginan kuat utk balas dendam. Mungkin merasa bersalah dan menganggap dirinya buruk. Benci akan hukuman orang tua. Mungkin berbohong utk menghindari hukuman. Bahkan ada yg khawatir juga kalau-kalau dirinya secara gak sadar suatu hari akan mencelakai orang tuanya
10. Hypochondriacal
Konsepnya si anak udah kayak pasien abadi. orang tua khawatir melulu sama kesehatan anak. Perhatiannya fokus pada kondisi tubuh dan organ tubuh anak.
Mirip dengan Munchausen Syndrome by Proxy tapi ini versi parenting style alias lebih mungkin bertahan lebih lama.
3h
Sikap Orangtua: khawatiran, takut bgt anaknya bakal sakit. Bisa karena emang anaknya punya kerentanan, tapi bisa juga karena orang tua cemas.
Jadinya sering dilarang utk main di luar, gak dibolehin ikut kegiatan, dipingit di rumah agar anaknya gak kecapean, gak kenapa-napa π€·π»♀️
3h
Respons Anak: dapat simpati (bukan empati) dan pemanjaan dari orang tua. Mungkin melebih-lebihkan gejala utk tujuan tertentu. Dan sangat berpotensi utk minta izin agar ga ikut suatu kegiatan tertentu.
Agak malesin memang ya kalau temen diajak nongkrong, alasannya "ga dibolehin sama orang tua"
11. Sexually stimulating
Anak diperlakukan sebagai objek seksual. Anak didorong utk memiliki perilaku seksual seperti orang dewasa, seperti menjadi pekerja seks, pernikahan di bawah umur, dan sebagainya.
Kan kasihan ya beb sejak kecil udah begini π
Sikap Orangtua: orang tua melakukan pelecehan seksual secara implisit seperti saat mandi, tidur bareng, bermain. orang tua melampiaskan hasrat seksual ke anak ketika pasangannya gak bisa/gak mau.
Perkosaan, pencabulan, pemaksaan perkawinan... mungkin banget terjadi karena parenting style begini π₯
Respons Anak: Anak dipaksa merahasiakan dan dibuat merasa bersalah. Anak bingung tetapi sering patuh, dan mungkin jadi dependen. Seringkali menghasilkan kebingungan dan rasa permusuhan terhadap orang tua.
Intinya, ini merusak self-concept anak terkait seksualitasnya bahkan hingga dewasa
Posting Komentar